Minggu, 24 Agustus 2014

Bullying Beri Dampak Berkelanjutan

BULLYING adalah perilaku agresif dan negatif. Perilaku tersebut dilakukan seorang atau sekelompok orang berulang-ulang. Tujuannya, menyakiti korban secara fisik maupun psikis.

Menurut dr Erikavitri Yulianti SpKJ, perilaku bullying dapat muncul sejak remaja. Terutama remaja yang bermasalah perilaku kronis, masalah emosional, dan perkembangan. Kelompok itu rentan menjadi pelaku maupun korban bullying. ''Satu karakteristik kunci pelaku bullying adalah miskinnya empati,'' kata psikiater yang berpraktik di National Hospital Surabaya tersebut.

Mereka merasa senang melihat penderitaan orang lain.Tentu korban sangat dirugikan. Terlebih, bullying adalah peristiwa yang traumatis. Karena itu, bullying berpeluang besar meninggalkan pengaruh kepada diri seseorang. Dampak itu dapat berlangsung sementara maupun berkelanjutan sampai menjadi orang tua.

Menurut dokter 38 tahun tersebut, hal itu bergantung pada beberapa faktor. Di antaranya, terapi yang diterima korban, kepribadian, dukungan lingkungan, serta tingkat keparahan bullying.

Dokter alumnus FK Unair Surabaya tersebut menegaskan, memori mengenai hal traumatis itu akan dibawa sampai dewasa dan diinternalisasi dalam diri seseorang. Korban bullying bakal tumbuh ''mirip'' dengan pelaku bullying yang mem-bully dirinya. Sadar atau tidak, orang tersebut akan bersifat otoriter.

Dra Mierrina MSi menyebutkan, ada tiga jenis perilaku orang tua yang menjadi korban traumatis. Pertama, orang tua sadar bahwa dirinya adalah korban bullying lantas mudah mengatasi permasalahan pribadi atau malah susah mengatasi problemnya. Jenis kedua, orang tua yang sadar bahwa dirinya menjadi korban bullying namun tidak mau berubah. Jenis ketiga, orang tua yang tidak sadar bahwa dirinya menjadi korban bullying tetapi mudah mengembangkan diri.

Trauma bullying harus segera ditangani. Kalau tidak, hal tersebut dikhawatirkan berdampak terhadap anak. ''Bullying psikis biasanya lebih membekas ketimbang bullying fisik. Misalnya, punya pengalaman dikunci di kamar mandi. Akan timbul trauma sehingga dilakukan kepada anaknya kelak,'' terang psikolog yang berpraktik di Siloam Hospitals Surabaya tersebut.

Rudi Cahyono, dosen psikologi Unair Surabaya, mengungkapkan bahwa tidak sedikit orang tua korban bullying yang memilih anaknya belajar melalui homeschooling. ''Dengan begitu, orang tua lebih mudah mengawasi anak,'' paparnya. Kalaupun di sekolah umum, tidak jarang orang tua menunggui anak, mulai berangkat sampai pulang.

Pria kelahiran Lumajang, 10 September 1981, tersebut menambahkan, perilaku itu disebabkan tingkat ketakutan orang tua yang meningkat dan lebih posesif. ''Seharusnya orang tua berkomunikasi dengan pihak sekolah. Tujuannya, membangun rasa kepercayaan agar dapat menitipkan anak dengan legawa,'' ujar Rudi.

Selain itu, pendekatan kepada anak perlu dilakukan. Dengan terbiasa berkomunikasi, ketika punya cerita negatif, anak akan cerita kepada ayah atau ibunya.

Meski demikian, tidak semua cerita negatif dapat langsung dimasukkan dalam hati. Dosen yang mengajar psikologi pendidikan itu menuturkan bahwa orang tua perlu menyaring cerita anak.

Curahan Hati Ibu Korban Bullying

Tidak ingin pengalaman pribadi terjadi lagi, Sarah (bukan nama sebenarnya) menjadi overprotektif kepada dua buah hatinya. Sarah adalah orang tua yang memiliki pengalaman sebagai korban bullying masa SMP hingga SMA. Menemukan binatang di dalam tas, dikunci di dalam kamar mandi, mendapat ejekan karena memiliki badan mungil, dan setiap hari ditertawakan teman-teman sekelas merupakan beberapa pengalaman buruk yang tak terlupakan oleh Sarah.

Ujungnya, kejadian tersebut membuat Sarah tidak ingin bersekolah lagi. Hingga akhirnya dia mengalami depresi. Perasaan ingin bunuh diri sempat merasukinya. ''Saya sangat tertekan dengan hal tersebut. Ditambah lagi, orang tua saya otoriter dan keras pada saya. Saya sempat merasa tidak mendapat perlindungan,'' cerita perempuan 39 tahun tersebut.

Tekanan mental itu juga berakibat pada kondisi badannya. Sarah men

Sumber jpnn.com




JASA PENGHULU NIKAH SIRI DI JAKARTA

PROSES MUDAH

Biaya Rp 2 juta. Sudah termasuk biaya-biaya untuk para saksi dan wali hakim.

Alamat: Jalan Dr Saharjo gang Barkah No 32 Rt 002 Rw 005 kelurahan Manggarai Selatan kecamatan Tebet, Jakarta Selatan (lokasi rumah persis di samping masjid Al Barkah Assyafiiah).

Call/sms: 0878-7805-3330 (Ustad Aulia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar